Jumat, 22 Oktober 2010

Cermin Ajaib



Waktu kecil saya suka menonton film Putri Salju. Di sana si ibu tiri Putri Salju senang sekali bercermin. Biasanya ia bertanya, “Cermin ajaib di dinding, siapakah wanita tercantik di dunia?” Lalu karena cermin si ibu tiri adalah cermin ajaib, cermin tersebut kemudian dapat memperlihatkan gambaran dari Putri Salju.

Sayangnya cermin yang saya dan Anda miliki bukan cermin ajaib. Jadi setiap kali kita bercermin, pasti yang kita lihat adalah gambaran diri kita. Justru malah aneh kalau kita bercermin lalu yang terlihat adalah gambaran diri orang lain.

Kita semua adalah cermin Tuhan. Kalau kita cermin Tuhan, berarti seharusnya kita mencerminkan gambaran dan sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. Bahkan juga kita itu dijadikan menurut gambar dan rupa Allah.

Pertanyaannya adalah, “Cermin seperti apakah diri kita?” Bila kita merupakan cermin yang utuh dan mengilap tentu saja kita dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan. Saat orang melihat diri kita, mereka melihat Tuhan yang berkarya dalam hidup kita. Ini yang perlu kita semua kejar.

Bila kita merupakan cermin yang utuh namun kusam, kita perlu memoles supaya cermin tersebut menjadi mengilap. Bila itu yang kita rasakan, mari kita berdoa dan minta Tuhan yang memoles diri kita untuk menjadi mengkilap kembali. Selain berdoa supaya Tuhan yang memoles diri kita, kita juga perlu memoles diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengubah pikiran kita untuk menjadi selaras dengan pikiran Tuhan. Saat pikiran kita diubahkan, saat itulah kita akan berusaha memoles diri kita menjadi sesuai yang Tuhan mau.

Bagaimana bila kita merupakan cermin yang retak? Bila kita merupakan cermin yang retak, walaupun cermin itu mengilap tidak akan banyak berguna. Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya merupakan cermin yang retak.

Kilap dalam cermin tidak dapat menutupi kondisi keretakan cermin. Sekuat apapun Anda menutupi kondisi retak itu, Anda tidak bisa membohongi diri sendiri. Saya tidak bermaksud mengatakan kita harus memperlihatkan kerapuhan kita, menjadi cengeng, menjadi pahit, dan mempertontonkan itu pada semua orang. Tidak! Tetapi setidaknya jujurlah! Banyak orang hari-hari ini senang sekali memakai ‘topeng’.

‘Topeng’ yang digunakan adalah topeng yang tidak kasat mata, tidak kelihatan. Topeng yang digunakan adalah untuk menutupi kondisi diri yang retak. Mengapa banyak orang suka mengenakan topeng untuk menutupi cerminan diri yang retak?

Jawaban utama hanya satu: mereka tidak menyukai cermin retak itu. Mereka malu dengan cermin retak itu. Mereka benci dengan cermin retak itu. Karena itu, mereka berusaha supaya orang juga tidak melihat cermin retak itu.

Perasaan tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan ini berpengaruh sangat besar untuk menjadikan kita sebagai cermin yang retak. Efek dari tertolak, disakiti, trauma, dan kepahitan akan menyebabkan orang menjadi:

- Menarik diri dari orang lain.

- Cenderung mempertahankan diri secara berlebihan.

- Menolak orang lain.

- Menyakiti orang lain.

- Memberontak.

- Cenderung berusaha keras untuk membuat diri diterima orang lain.

- Sangat sensitif dan sulit disenangkan.

- Mudah sekali kecewa.

- Memiliki harapan-harapan yang tidak realistis akan orang lain.

Bila ini adalah kondisi Anda, jangan biarkan ini berlarut-larut. Segera datang pada Tuhan, bereskan kondisi ini. Kondisi cermin yang retak bila dibiarkan berlama-lama akan menjadi cermin yang hancur. Biasanya bila cermin hancur tempatnya di pembuangan sampah. Ya, tidak akan terpakai lagi. Jangan biarkan diri Anda menjadi cermin yang hancur!

Bagaimana bila sekarang kondisi Anda adalah cermin yang hancur? Apakah sudah tidak ada lagi harapan bagi Anda? Jangan kuatir, selalu ada pengharapan dalam Tuhan!

Mazmur 51:19: Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.

Betapa Tuhan itu baik. Cermin hancur pun Tuhan tidak pandang hina, bahkan Ia pandang sebagai korban sembelihan bagi-Nya. Bila kondisi Anda saat ini sebagai cermin yang hancur, datang pada-Nya. Minta Ia memulihkan kondisi Anda.

Ia begitu mengasihi Anda, si cermin hancur. Begitu besar kasih-Nya sehingga Ia rela mati bagi Anda. Darah-Nya tercurah untuk memperbaiki Anda kembali. Setiap tetesan darah-Nya mengelem dan menyatukan setiap kepingan dan serpihan diri Anda, hati Anda, jiwa Anda. Bukan sekedar mengelem dan menyatukan, bahkan Dia menjadikan Anda sebagai cermin baru yang utuh (2 Korintus 5:17).

Mari datang kepada-Nya. Apapun kondisi kita, cermin utuh yang mengilap, cermin utuh yang kusam, cermin yang retak, bahkan cermin yang hancur; semua itu Dia terima dengan tangan terbuka.

Biarlah darah-Nya membasuh kita, memulihkan kita, dan menjadikan kita cermin yang sempurna sehingga kita dapat memancarkan kemuliaan-Nya.

Jangan Berhenti Berdoa



“mereka (semua yang taat pada Tuhan) akan Kubawa ke gunungKu yang kudus dan akan Kuberi kusukaan di rumah doaKu. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbahKu, sebab rumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.” Yesaya 56:7

Doa adalah nafas hidup orang Kristen. Kita tidak akan mampu menjalani hidup tanpa doa karena doa adalah kekuatan bagi orang percaya. Apakah yang bisa kita andalkan di dunia ini? Uang, kekayaan atau jabatan? Bisakah semuanya itu memberikan kebahagiaan, rasa aman dan damai sejatera sejati, apalagi jaminan keselamatan? Maka kekristenan dan doa merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Berdoa adalah pernyataan ketergantungan kita kepada Tuhan dalam segala hal. Bukan saja waktu berada di situasi sulit dan menghadapi masalah yang berat baru kita mencari Tuhan, namun yang Dia kehendaki adalah di dalam segala keadaan kita melibatkan dan bergantung padaNya secara penuh.

Berdoa bukan sekedar memberikan laporan tentang kebutuhan kita secara terperinci. Sesungguhnya berdoa ialah mencari wajah Tuhan. FirmanNya mengingatkan, “Carilah Tuhan selagi Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6). Seringkali kita berdoa namun tidak beroleh jawaban karena kita tidak merindukan PribadiNya, kita hanya menyampaikan keluh kesah yang disertai seabrek permintaan. Berdoa itu berkenaan dengan hubungan (relationship). Tuhan ingin bersekutu dengan anak-anakNya untuk menyatakan kasihNya supaya terjalin suatu hubungan yang karib, Dia ada di dalam kita dan kita di dalam Dia seperti tertulis: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.” (Yohanes 15:4a). Jadi, selagi Tuhan masih berkenan untuk kita ditemui jangan pernah berhenti untuk berdoa. Itulah sebabnya Daud senantiasa rindu berada dekat dengan Tuhan, “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati baitNya.” (Mazmur 27:4).

Ada berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang senantiasa dekat denganNya, seperti: menikmati kemurahanNya dan mendapatkan perlindungan pada saat yang tepat (baca Mazmur 27:5). Kita pun memiliki keberanian untuk menghadapi musuh dengan kepala tegak oleh karena iman kita kepadaNya (baca Efesus 3:12).

Sungguh! Doa orang yang benar itu sangat besar kuasaya! Baca Yakobus 5:16b

PANIK??? sudah bertanya pada Tuhan blum

1 Samuel 30:8
Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: "Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Dan Ia berfirman kepadanya: "Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 90; Lukas 11; 2 Raja-raja 22-23

Dalam 1 Samuel 30, dikisahkan bahwa orang Amalek menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag, dan perempuan-perempuan serta semua orang dikota itu ditawan oleh orang Amalek, termasuk anak dan istri Daud.

Ketika Daud dan pasukannya sampai di kota itu dan tahu bahwa anak dan istri mereka telah ditawan Amalek, mereka sangat sedih dan marah. Bahkan dalam kemarahan mereka, rakyat Israel hendak melempari Daud dengan batu. Namun dalam keadaan terjepit seperti ini, Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.

Daud kemudian berdoa, “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?" Sebelum bertindak, Daud bertanya apakah yang ia lakukan adalah rencana Tuhan. Dia menunggu jawaban Tuhan, baru kemudian bertindak.

Daud tidak bertindak gegabah dalam usahanya untuk menyelamatkan mereka yang tertawan dan menenangkan rakyat yang bersama dia. Yang pertama kali ia lakukan adalah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, dan meminta petunjuk dari Tuhan tentang apa yang harus ia lakukan.

Seberapa sering kita berdoa seperti Daud? Ketika keadaan menekan hidup kita, apakah kita lari dari Tuhan atau kita lari kepada Tuhan?

Mari belajar kepada Daud, kita lari kepada Tuhan memohon petunjuk dari-Nya atas segala permasalahan kita. Tuhan adalah solusi kehidupan Anda, Dia dapat Anda percaya.

Saat masalah menerpa hidup Anda, jangan lari menjauh dari Tuhan namun larilah kepada Tuhan.

Pengampunan Yang Melimpah

Mazmur 32:1
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 3; Matius 3; 1 Raja-Raja 19-20

Suatu hari ada seorang anak laki-laki sensitif di abad ke delapan belas yang bergabung dalam ketentaraan Inggris. Ia terlihat begitu semangat ketika menjalani latihan pertama kali. Setiap instruksi pelatih, ia lakukan dengan penuh semangat. Hingga tibalah waktu latihan dengan menggunakan senjata api.

Ia mulai gelisah begitu melihat satu per satu rekannya mulai menembakkan senjata ke target yang telah ditentukan oleh atasannya. Belum sampai waktunya untuk maju, anak laki-laki ini kabur dari kesatuan tanpa ada pemberitahuan kepada atasannya.

Bertahun-tahun kemudian ia menjadi seorang astronom besar, bahkan menemukan sebuah planet. Tanpa disangka-sangka, Raja George mengirimkan surat undangan datang ke Istana kepada anak laki-laki yang telah bertumbuh menjadi seorang pria gagah ini. Ia pun memenuhi undangan raja dengan perasaan takut mengingat ia pernah kabur dari kemiliteran.

Dalam pikiran pria ini adalah ia akan mendapat hukuman dari raja karena perbuatannya di masa lalu. Namun, perkiraannya salah. Saat Raja George tiba dan bertemu dengannya, ia diperlakukan dengan sangat hangat. Tak ada kesan bahwa raja marah kepadanya. Bahkan, sebelum raja berpisah dengannya, ia diberikan sebuah amplop dimana di dalamnya berisi mengenai pengampunan kerajaan kepadanya dan pengangkatan dirinya sebagai anggota rumah tangga kerajaan.

Inilah yang Allah janjikan juga pada setiap manusia di bumi bahwa Dia memberikan pengampunan kepada kita yang mau mengakui dosa-dosa kita di hadapan-Nya. Dia melakukannya bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena Dia sangatlah mengasihi kita.

Maukah Anda menerima anugerah pengampunan-Nya yang melimpah ini? Anugerah yang tidak akan dapat dinikmati apabila Tuhan Yesus telah datang kembali ke muka bumi. Oleh karenanya, sebelum semua terlambat, ambillah kesempatan ini sekarang juga !

Sebesar apapun dosa yang Anda perbuat, ketika Anda mau mengakuinya dan mau bertobat maka pengampunan Allah tersedia bagi Anda.

DOSA DOSA KECIL

Dua orang pendosa mengunjungi hamba Tuhan yang bijak dan meminta nasehatNya.
"Kami telah melakukan suatu dosa," kata mereka dan suara hati kami terganggu.

"Apa yang harus kami lakukan ?" "Katakanlah kepadaku, perbuatan-perbuatan salah mana yang telah kamu lakukan, Anakku," kata hamba Tuhan tersebut.


Pria pertama mengatakan ,"Saya melakukan suatu dosa yang berat dan mematikan."


Pria kedua berkata,"Saya telah melakukan beberapa dosa ringan, yang tidak perlu dicemaskan."


"Baik," kata hamba Tuhan tersebut, "Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa yang telah kamu lakukan !".


Pria pertama kembali dengan memikul sebuah batu yang amat besar. Pria kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil.


"Sekarang," kata hamba Tuhan tersebut, "Pergilah dan kembalikan semua batu itu tepat dimana kamu telah menemukannya!".


Pria pertama mengangkat batu besar itu dan memikulnya kembali ke tempat dimana ia telah mengambilnya. Pria kedua tidak dapat mengingat lagi tempat dari setengah jumlah batu yang telah diambilnya, maka ia menyerah saja dan membiarkan batu-batu itu berada didalam tasnya. Katanya, "Itu pekerjaan yang sulit."


Dosa itu seperti batu-batu itu, kata hamba Tuhan bijak tersebut, Jika seseorang melakukan suatu dosa berat, hal itu seperti sebuah batu besar dalam suara hatinya, tetapi dengan penyesalan yang sejati, memohon ampun dan mengakui Nama Tuhan, maka kesalahannya diampuni seluruhnya oleh Tuhan.


Tetapi pria yang terus menerus melakukan dosa-dosa ringan dan ia tahu itu salah, namun semakin membekukan suara hatinya dan ia tidak menyesali sedikitpun, maka ia tetap sebagai seorang pendosa. Ia sulit membuang batu-batu itu kembali ke tempatnya dan terus menerus membawanya seumur hidup.


"Maka ketahuilah,anak-anakku," nasihat hamba Tuhan itu, "Adalah sama untuk menolak dosa-dosa ringan seperti menolak dosa-dosa berat !